Laman

Kamis, 30 Juni 2011

Tanjakan Cinta

Saya sudah baca dan saya berusaha untuk tahu, dan mengerti, wahai ombak yang nun jauh di sana, melebur titanic yang tenggelam di bawahnya. Dan karenanya saya sedang berusaha mencerna dalam hati, adakah memang kita sebagai manusia adalah dia yang selalu takut akan kesepian? Sepertinya iya. Seperti bahkan manusia macam Rangga yang juga merasakannya. Yang karena sepi dan penat lalu ingin memecahkan gelasnya untuk supaya menjadi gaduh, supaya ia dapat lalu lari ke pantai atau ke hutan, untuk setelah itu apa terserah, bebas.

Apakah kamu tahu sebuah kisah di FTV kemarin siang? Adalah dia si lelaki dan wanita yang tidak tahu kenapa di satu malam di rumah sakit sedang penuh konflik dan bla-bla-bla hingga lalu menjadi damai, tiba-tiba berganti kepada scene yang lain, yaitu di tengah danau sambil naik kapal, untuk hanya si lelaki tersebut berucap "aku sayang kepadamu" dan lalu berpelukan. Apakah harus repot-repot seperti itu? sampai kata-kata yang harusnya dengan mudah dapat diucapkan saat berdamai malamnya tadi, harus ditunda hingga suatu siang entah kapan di tengah danau sambil naik kapal? Lalu sebelum itu mereka ngapain? Apakah lalu mereka saling bisu sampai pada akhirnya memutuskan untuk menunda hingga siang yang entah kapan itu, untuk lalu menyewa kapal dengan membayar harga yang mahal, dan kemudian baru mengucapkan kata-kata seperti itu? Selooo tenaaann...

Dan apakah kamu tahu tentang sebuah keberanian untuk keluar dari dalam kotak? Semoga kita tidak seperti si katak yang malas untuk keluar dari sumur, sehingga menjadikannya terlanjur nyaman tidur di dalamnya. Semoga kita adalah orang yang bisa keluar dengan bebas dan sejahtera, dengan orang-orang yang dikasihi dan disayangi.

*Tos!*

Btw, sepertinya mitos tanjakan cinta di semeru itu salah deh. Dari 4 orang yang mendaki semeru tahun lalu, saya adalah orang yang paling serius buat naik dengan mengikuti aturan mainnya, dan berhasil. Tetapi justru ketiga temanlah yang sekarang sudah dapat pacar (bahkan 2 orang diantaranya saling pacaran). Sedangkan saya yang berhasil justru masih sendiri seperti ini. Sepertinya mitosnya salah deh, kebalik! 



(angin) 
di jogja, sambil joget-joget karena UAS telah usai

Rabu, 29 Juni 2011

Menghilang

Kamu tau, disini terasa begitu sepi. Hanya suara televisi dan sesekali terdengar gemuruh suara knalpot kendaaran lewat tanpa menyapa. Kadang terasa begitu jenuh. Rasa sepi yang terasa hingga menusuk.

Keributan teman pun tak mampu mengalahkan sepi di dalam hati ini. Ingin rasanya aku berteriak dan membuat kegaduhan, keributan, kekacauan yang terus-menerus tanpa henti. Tapi hanyalah angan yang tak pernah bisa kulakukan.

Ingin rasanya pergi ke suatu tempat yang sangat ramai, seperti sebuah pertandingan olahraga, yang entah siapapun yang sedang bermain. Lalu ikut berteriak membuat kegaduhan tanpa peduli siapa yang sedang aku dukung. Sepertinya menyenangkan meluapkan semua amarah, kesedihan, kepenatan dalam beberapa teriakan. Semakin keras dan keras, tak akan ada yang peduli. Yang orang lain pedulikan satu-satunya adalah mereka yang sedang bertanding.

Berteriak hingga serak.
Dan kemudian menghilang...
(ombak)

Selasa, 28 Juni 2011

Blur


Sepertinya ada yang terbiasa untuk membuat hati menjadi terluka. Atau tertawa. Atau sedih. Atau galau karena salah jurusan. Atau pusing karena besok masih ujian. Atau lapar karena malas makan. Atau yang lain. Tapi setidaknya, alam tidak hanya diciptakan untuk itu saja. Karena banyak warna dan spektrum dalam panjang gelombang yang banyak dan ratusan ribu nanometer. Seperti yang sudah kamu bahas kemarin-kemarin. Seperti halnya kita yang semoga akan selalu senang hati.
Adalah kamu yang aku tahu sebenarnya takut menghadapi lingkungan yang baru. Yang masih bisa-bisanya bisa dibilang pemalu, selain juga sekaligus malu-maluin. Apa kabarmu sekarang? Apakah masih ada rasa kangen yang katanya dulu ada tiap hari? Sepertinya tidak. Seperti sudah tidak minat untuk bertanya bagaimana hari ini dan berucap selamat malam dengan manis dalam  sebuah perpisahan ketika saling berbalas layanan pesan singkat sebelum aku tidur dan berharap menemuimu di pulau kapuk.
Aku tidak tahu, itu sebabnya aku memikirkanmu tiap hari. Tetapi tetap menjadi diriku sendiri, yang malu untuk memulai kembali sebuah percakapan. Kamu bilang bahwa aku salah, tapi aku bilang kamu juga. Kamu pikir kamu yang paling benar? Sementara aku tahu kamu adalah dirimu yang masih ingin bebas kemana pun kamu mau pergi. Yang juga dengan itu jadi merasa bebas pergi dengan semua-semua yang aku tidak tahu siapa, yang membuatku serasa menjadi api yang muncul dari gas elpiji 3 kilogram yang baru saja meledak karena ceroboh.
Aku hanya diam ketika kamu berkata bahwa aku membosankan. Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Seperti aku mengerti tentang rangkaian ekivalen pada tegangan tinggi, aku dapat membaca aliran dalam otakmu yang rasanya ingin segera menendang hambatan yang sangat besar hingga menyebabkan dia yang bernama arus tidak mendapati dirinya yang berlari dengan maksimal. Hambatan yang bernama aku. Yang selalu saja kamu pikir membuat repot, yang aku juga tidak tahu kenapa mau-maunya kamu direpotin dengan tiap apa-apa yang aku juga menjadi repot itu. Aku tahu itu. Tetapi kamu tidak tahu, betapa aku memiliki masalah yang besar dengan diriku yang tidak bisa mengungkapkan perasaan seperti kamu yang selalu memandang bahwa itu mudah. Seperti kamu yang suka buat berkata apa susahnya? Susah banget wooiii!!
Setidaknya, dengan ini kamu dapat mengerti tentang diriku sebenarnya. Bahwa manusia adalah dirinya yang akan selalu kena masalah. Sebab dari masalah itulah kita menjadi dewasa. Sebab dari segalanya yang kita buat menjadi resah, segalanya akan berakhir menjadi manis pada suatu hari nanti 9 tahun 10 hari dari sekarang, pada saat nanti kita asik menyeruput kopi di pagi hari, dan iseng-iseng berpikir tentang masa lalu, bagaimanapun juga kita berakhir pada siapapun suatu saat nanti. Bagaimanapun aku akan menghidangkan kopi itu kepada siapa, apakah itu kamu atau orang lain? Dengan kepada kita yang akan mempunyai rumah yang baru dan nomer rekening bersama siapa kita tidak akan tahu. Bahwa kenangan adalah dia yang hanya akan bisa dikenang, tanpa bisa diulang. Bahwa setiap pertemuan adalah pasti berujung pada perpisahan, betapa perpisahan itu adalah bisa menjadi perpisahan yang manis dan berujung pada perasaan sedih dan lalu kangen, atau menjadi perpisahan yang pedih yang berakhir pada benci dan tidak kangen. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya dengan mengetahuinya sehingga tidak ada perpisahan dengan kata-kata yang kasar, seandainya memang harus berpisah. Setidaknya, cinta adalah dia yang mengendap ke dalam ruh, ke dalam hati yang akan selalu terbawa kemanapun ujung dunia kita hinggap. Karena aku percaya hal itu dan berharap kamu juga.

Seandainya itu yang kamu pikirkan, dan seandainya hal itu mudah bagimu untuk kamu ucapkan padaku. Seandainya..

Sambil minum teh dan mendengarkan “Berlin”nya The Trees and The Wild

(angin)