Sepertinya ada yang terbiasa untuk membuat hati menjadi terluka. Atau tertawa. Atau sedih. Atau galau karena salah jurusan. Atau pusing karena besok masih ujian. Atau lapar karena malas makan. Atau yang lain. Tapi setidaknya, alam tidak hanya diciptakan untuk itu saja. Karena banyak warna dan spektrum dalam panjang gelombang yang banyak dan ratusan ribu nanometer. Seperti yang sudah kamu bahas kemarin-kemarin. Seperti halnya kita yang semoga akan selalu senang hati.
Adalah kamu yang aku tahu sebenarnya takut menghadapi lingkungan yang baru. Yang masih bisa-bisanya bisa dibilang pemalu, selain juga sekaligus malu-maluin. Apa kabarmu sekarang? Apakah masih ada rasa kangen yang katanya dulu ada tiap hari? Sepertinya tidak. Seperti sudah tidak minat untuk bertanya bagaimana hari ini dan berucap selamat malam dengan manis dalam sebuah perpisahan ketika saling berbalas layanan pesan singkat sebelum aku tidur dan berharap menemuimu di pulau kapuk.
Aku tidak tahu, itu sebabnya aku memikirkanmu tiap hari. Tetapi tetap menjadi diriku sendiri, yang malu untuk memulai kembali sebuah percakapan. Kamu bilang bahwa aku salah, tapi aku bilang kamu juga. Kamu pikir kamu yang paling benar? Sementara aku tahu kamu adalah dirimu yang masih ingin bebas kemana pun kamu mau pergi. Yang juga dengan itu jadi merasa bebas pergi dengan semua-semua yang aku tidak tahu siapa, yang membuatku serasa menjadi api yang muncul dari gas elpiji 3 kilogram yang baru saja meledak karena ceroboh.
Aku hanya diam ketika kamu berkata bahwa aku membosankan. Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Seperti aku mengerti tentang rangkaian ekivalen pada tegangan tinggi, aku dapat membaca aliran dalam otakmu yang rasanya ingin segera menendang hambatan yang sangat besar hingga menyebabkan dia yang bernama arus tidak mendapati dirinya yang berlari dengan maksimal. Hambatan yang bernama aku. Yang selalu saja kamu pikir membuat repot, yang aku juga tidak tahu kenapa mau-maunya kamu direpotin dengan tiap apa-apa yang aku juga menjadi repot itu. Aku tahu itu. Tetapi kamu tidak tahu, betapa aku memiliki masalah yang besar dengan diriku yang tidak bisa mengungkapkan perasaan seperti kamu yang selalu memandang bahwa itu mudah. Seperti kamu yang suka buat berkata apa susahnya? Susah banget wooiii!!
Setidaknya, dengan ini kamu dapat mengerti tentang diriku sebenarnya. Bahwa manusia adalah dirinya yang akan selalu kena masalah. Sebab dari masalah itulah kita menjadi dewasa. Sebab dari segalanya yang kita buat menjadi resah, segalanya akan berakhir menjadi manis pada suatu hari nanti 9 tahun 10 hari dari sekarang, pada saat nanti kita asik menyeruput kopi di pagi hari, dan iseng-iseng berpikir tentang masa lalu, bagaimanapun juga kita berakhir pada siapapun suatu saat nanti. Bagaimanapun aku akan menghidangkan kopi itu kepada siapa, apakah itu kamu atau orang lain? Dengan kepada kita yang akan mempunyai rumah yang baru dan nomer rekening bersama siapa kita tidak akan tahu. Bahwa kenangan adalah dia yang hanya akan bisa dikenang, tanpa bisa diulang. Bahwa setiap pertemuan adalah pasti berujung pada perpisahan, betapa perpisahan itu adalah bisa menjadi perpisahan yang manis dan berujung pada perasaan sedih dan lalu kangen, atau menjadi perpisahan yang pedih yang berakhir pada benci dan tidak kangen. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya dengan mengetahuinya sehingga tidak ada perpisahan dengan kata-kata yang kasar, seandainya memang harus berpisah. Setidaknya, cinta adalah dia yang mengendap ke dalam ruh, ke dalam hati yang akan selalu terbawa kemanapun ujung dunia kita hinggap. Karena aku percaya hal itu dan berharap kamu juga.
Seandainya itu yang kamu pikirkan, dan seandainya hal itu mudah bagimu untuk kamu ucapkan padaku. Seandainya..
Sambil minum teh dan mendengarkan “Berlin”nya The Trees and The Wild
(angin)