Jadi pantai Sadeng itu adalah ternyata bukan pantai. Itu adalah pelabuhan dan tempat lelang ikan. Mungkin akan bagus seandainya kamu adalah fotografer yang minat buat mengabadikan kehidupan nelayan, dan dengan persenjataan kamera dslr dengan lensa yang lebar dan bagus. Tapi saya cuma modal toycam pinjeman doang, bener-bener susah karena tidak bisa buat zoom. Tapi saya adalah orang yang juga pengen sekedar injak-injak pasir pantai dan airnya, jadi yaaa cuma gitu doang. Lihat bapak-bapak mancing dan perahu-perahu berlabuh dengan rapi. Lalu ke pantai Wediombo juga. Oh itu pantai yang bagus dan luas, dan sepertinya jarang dijamah orang. Tapi sekali lagi, mereka jauh, mikir-mikir lagi deh kalau mau kesana.
Tapi tadi juga berkunjung ke desa Gandu. Itu adalah desa di tengah daerah Rongkop. Itu adalah daerah pojokan Gunungkidul, sudah hampir mentok ke perbatasan Jawa Tengah kayaknya, coba aja lihat sendiri di google earth. Desa Gandu adalah satu dari sekian banyak desa di Gunungkidul yang kalau mau berenang atau sekedar berendam di bak mandi harus mikir-mikir dulu karena air 1 meter kibik harganya 8000 rupiah. Selain itu juga yang jual cuma dateng 4 hari sekali saja. Oh dan disana sangat-sangat kering. Tidak ada sungai katanya. Ladang dan/atau sawah (nggak tahu gimana nyebutnya) cuma bisa ditanami beberapa jenis tanaman saja seperti kacang, ubi, dan nggak tahu apa tadi lupa kata bapaknya. Dan panen cuma setahun sekali karena jarang hujan. Tapi ada juga pohon pisang. Sayangnya pisang nggak begitu laku disana, maka si bapak tadi nggak tanam banyak-banyak. Tapi mereka baik sekali sumpah. Tadi disuguh nasi, ayam, tempe, dan sop, serta tidak lupa teh anget. Dan tidak lupa juga tersenyum sambil bilang "ya ini aja adanya di gunung, nggak kayak di kota, hehehe...". Jadi tidak enak karena disuruh-suruh buat makan. Padahal saya yakin buat sedia ayam goreng di daerah sana pasti susah karena pasar cuma buka tiap wage. Sebuah keluarga yang baik banget deh.
Oh saya jadi tahu beberapa hal yang bagus ketika perjalanan pulang tadi. Bagaimanapun kita punya dunia masing-masing. Seperti mereka yang tinggal disana, pasti tidak akan seperti kita yang bakal mikir ngapain aja ya disana? Nggak ada internet, nggak ada XXI, nggak ada toko alat tulis yang sedia drawing pen dengan berbagai ukuran, pensil mekanik 0.35mm, dan sketch book. Cuma ada TV dan HP yang sinyalnya kadang-kadang hilang. Kalau saya jelas akan mati karena bosan, tapi mereka toh tetap bisa senang-senang dengan cara mereka sendiri. Dan saya juga jadi tahu, bahwa matahari berwarna merah ketika sore hari punya fungsi lain selain biar bagus kalau dipotret. Adalah karena ketika kamu kebetulan mengalami sebuah perjalanan yang jauh dan sampai sore, dan arah kamu pergi adalah menghadap ke barat langsung, maka kamu tidak akan silau dan malah takjub melihat matahari yang pelan-pelan tenggelam ke balik bebukitan.
Dan sepanjang perjalanan pulang, saya bernyanyi-nyanyi kecil karena malas buat ngobrol. Karena motor sedang dilaju dengan kencang. Bernyanyi-nyanyi saja biar tidak bosan.
O high speed musical.
(angin)
sambil lelah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar