Laman

Senin, 18 Juli 2011

yotsuba & bohong

Oh itu kalau si Elex yang nerbitin namanya jadi Kardo. Tadi kebetulan saya pinjam itu komiknya waktu lagi cuci motor di sebelah taman bacaan Nanda. Dulu saya biasa pinjam komik di sana, tapi sekarang sudah tidak. Yang jaga sudah ganti, sudah tidak asik karena yang sudah terlanjur kenal sudah habis masa kontraknya, dan sudah tidak cantik. Hehe. Padahal dulu biasa ngobrol-ngobrol dulu sambil baca komik di sana. Yang sekarang jadi cuma pinjam doang dan tidak pakai ngobrol-ngobrol.

Tadi saya pinjam Yotsuba volume 10 karena sudah lama tidak baca itu. Ada cerita tentang si kardo juga, tapi ada yang lebih menarik. Itu waktu Yotsuba dipinjamin bola karet yang ukuran besar sama Asagi. Yotsuba dengan polosnya memainka itu bola dengan cara melempar-lemparkan di rumahnya. Dan sampai akhirnya mengenai piring dan gelas, dan pecah. Dan ketika ditanyai ayahnya, ia menjawab dengan berbohong, "itu ada penyihir yang melemparkannya dari luar..". Ketika ditanyai kemana anak yang baik hati dan tidak pernah berbohong? Yotsuba lagi-lagi menjawab dengan, "itu ulah cacing pembohong, dia masuk ke dalam tubuh Yotsuba..".

Si Ayah tidak lalu marah. Malah mengajak Yotsuba pergi. Ketika ditanya kemana, Ayah menjawab "kita pergi buat menghilangkan cacing pemarah". Apa yang terjadi? Si Ayah mengajak Yotsuba ke kuil. Lalu menaruh Yotsuba di depan patung Dewa Ni'O. Oh lihat saja, itu adalah patung yang seram.


Tentu saja Yotsuba menangis kencang. Setelah itu, setelah si cacing pembohong dianggap sudah hilang, mereka pulang setelah berterimakasih dan meminta maaf kepada Dewa Ni'O. Ini bagian yang bagus, ketika setelah itu si Ayah bicara kepada Yotsuba yang ia gendong.
"Ayah nggak mempermasalahkan cangkir yang pecah. Soal kaca jendela yang pecah, dan kopi yang berceceran juga nggak masalah."
"Walaupun nanti Yotsuba memecahkan piring lagi?"
"Nggak masalah. Karena nakal adalah pekerjaan Yotsuba."
"Walaupun Yotsuba merusakkan komputer?"
"Jangan komputer dong.. Tapi tolong jangan berbohong, ya?"
"Iya, aku nggak akan bohong lagi."
Asik sekali. Tidak perlulah saya menjelaskan, pasti kamu sudah tahu bahwa nggak usahlah pakai bentak-bentakan segala terhadap sebuah kesalahan. Toh, ada masanya kita memang harus berbuat salah. Tidak perlu marah. Yang perlu dilakukan hanyalah koreksi yang mendidik. Karena toh, waktu pulang juga si Ayah malah ikut-ikutan main lempar bola di dalam rumah. 

Dan di rumah saya, ibu saya sedang menyuruh adik yang nonton TV itu belajar, padahal sendirinya toh nanti juga bakal nonton sinetron. Sebuah hal yang menyebalkan ya? 


(angin)
sambil berusaha sabar karena ini komputer lama banget buat posting

Tidak ada komentar:

Posting Komentar