Laman

Jumat, 01 Juli 2011

Jalan Raya

Wahai angin gunung yang bertiup dingin merasuk tubuh-tubuh makhluk hidup, memberinya perpindahan udaranya memenuhi dunia. Terkadang kita tak perlulah terlalu mempercayai mitos yang entah darimana, darisiapa, dariapa cerita itu beredar. Karena kebenaran itu tampak begitu tipis perbedaannya dengan kebohongan.

Tanjakan yang begitu susah untuk ditempuh, diibaratkan cinta yang begitu berat pula untuk ditempuh. Seharusnya tak perlulah membayangkan dan menyamakan jalan cinta kita dengan tanjakan berliku itu. Bukankah itu artinya kita telah mengiyakan bahwa perjalanan cinta kita ini juga seberat itu? Ku pikir sebaiknya berhenti saja berfikir tentang cinta kita disana, bukankah semakin kuat kita berfikir akan sesuatu dan sesuatu itu akan muncul sebagai hadiah dari pemikiran kita yang terlalu kuat?
Entahlah..

Mungkin seterjal dan seberat itu pula cinta yang akan kau tempuh wahai angin gunung yang menyilir di dalam kedamaian alam..

*Semangat!!! *


Pernahkah kau angin gunung merasakan ini?
Pernahkah kau saat bertiup tiba-tiba jatuh kebawah dan berhenti?
Tau kah kau kalau ombak ini sempat hampir terjatuh dan tergelesor dan hampir jadi makanan ikan-ikan ganas yang sedang mencari mangsa. Argh bicara apa aku ini?!

Kemarin, tepatnya kemarin siang. Setelah ujian yang masih belum saja selesai sejak sebulan lalu ini. Yang bahkan aku eneg, butek, bosan, marah, stres, jenuh pada semua ujian bertubi-tubi tanpa hentinya ini. Saat perjalananku pulang dengan mengendarai motor, entah apa yang sedang terjadi padaku, aku tak tau.

Sepanjang ujian hari itu perutku memang terus saja sakit akibat dismenorhea namun sakitnya masih bisa kutahan hingga ujian selesai dan pulang.
Saat perjalanan pulang sambil menahan sakit yang hampir tak tertahankan, tiba-tiba pandanganku tampak kabur dan bergoyang. Entah yang salah mataku atau kepalaku atau bahkan diriku.
Aku merasa aneh saat merasakan kekaburan yang melebih mata minusku. Saat aku berfikir apa yang terjadi, tiba-tiba pandanganku mulai berubah lagi. Kali ini tampak gelap. Disaat perjalanan di jalan raya dengan pandangan gelap hitam, entah apa yang akan terjadi berikutnya.

Untungnya aku masih melihat sedikit cahaya di separuh bagian bawah, hanya itulah satu-satunya sisa kesadaranku saat itu. Dalam sepersekian detik aku sempat berfikir untuk memilih menahan sakit dan melanjutkan atau minggir ke tepi. Untuk sepersekian detik aku berfikir jika aku memilih untuk lanjut maka yang akan terjadi adalah pandanganku mulai gelap seluruhnya dan kemudian pingsan dan lalu kehilangan keseimbangan dan jatuh di jalan raya itu.
Lalu untuk sepersekian detik itu pula akhirnya aku memutuskan untuk menepi. Dengan sisa-sisa kesadaran dan tenaga aku hanya mampu menurunkan standar motor tanpa sempat mencabut kuncinya. Dan lalu terjatuh duduk di trotoar.

Kesadaranku masih ada, masih tersisa hingga aku duduk lama disana. Tak peduli pikiran orang-orang yang melihat, aku hanya bisa duduk dan tertunduk berharap kesadaranku kembali penuh.
Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menelepon teman, berharap bisa membantuku di jalan raya saat itu.
Di jalan besar dengan motor mobil berlalu lalang, dan aku hanya terduduk di trotoar menunggu pertolongan..


(ombak)
di semarang, sambil menonton madagascar2 di tivi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar